Friday, April 15, 2005

Dia... Guruku...

(bercerita dalam 100 kata)

Sesekali, aku dan istriku saling tatap. Sesekali kami menatapnya. Nafasku masih tersengal sisa tengkar kata tadi, yang segera usai begitu orang ketiga datang. Orang yang kini duduk diam menatap kami tajam. Bukan pertengkaran besar sebenarnya. Hanya selisih kecil soal ke mana menyekolahkan Bening, putri kami.

“Sudah tenang?” desahnya memecah sunyi.

Kami mengangguk kecil.

“Mau sekolah di mana nggak masalah koq. Kenapa Papa Mama bertengkar? Papa masih juga mengulang kebiasaan dulu, selalu terseret amarah... Mama juga!”

Kami terpaku malu menatap Bening. Bening adalah guru kami di kehidupan yang lalu, begitu kata kakek tua tak diundang yang datang saat tujuh bulanan Bening.

2 comments:

anak kampung said...

Untuk urusan satu ini, gue cuma bisa menunduk.
Jelas banget maksud loe Gar....

Salam.

Panata Harianja (Jaja) said...

Shanty, Londo ... makasih udah mampir.