Wednesday, December 05, 2007

Ketemu penyanyi pujaan

Saya sebenarnya bukan orang dari generasi yang pernah menikmati kejayaan band legendaris Koes Plus. Tapi, karena lingkungan pergaulan saya semasa kuliah, saja jadi ngefans berat dengan Koes Plus. Sampai-sampai saya dan beberapa temen membentuk band buat tampil di lingkungan kampus yang membawakan tembang-tembang lawas seperti lagu-lagu Koes Plus. Kalau tidak salah tahun 93 sampai 94 gitu deh. Nama bandnya? Nah ini dia....sangar abis....LALER TBC singkatan LAdy kilLER Tim Bujang Ceria yang artinya anggota bandnya jomblo kabeh. Gara-gara nyanyiin lagu Koes Plus saya sempat dipanggil Jaja Koeswoyo dan teman saya dipanggil Black Murry. Asal tahu saja, band saya sempat sepanggung dengan Nugie yang waktu itu belum ngetop. Fans Laler TBC waktu itu lebih banyak dari Nugie padahal dari segi kualitas vokal jelas Nugie lebih terlatih dibanding kami.

Tahun 2007, nasib mempertemukan saya dengan penyanyi band pujaan saya; Yon Koeswoyo. Dalam cerita iklan TV brand yang saya pegang -Wismilak Spesial- Yon Koeswoyo hadir secara diam-diam memberi kejutan dalam acara Koes Plus Nite dengan penyanyinya seorang fans berat Koes Plus; Agus "Koeswoyo".

Malam itu, di hari syuting itu, entah jodoh entah apa yah....saya dan Yon Koeswoyo koq ya bisa-bisanya pakai kaos sama-sama warna hijau. Hijaunya hijau warna Wismilak Spesial pula hehehehhee. Oh ya, Oom Yon ini hebat sekali. Sekali take waktu syuting acting-nya udah langsung bagus banget. Dalam usianya yang sudah 67, enerjiknya gak kalah sama anak umur 20an. Masih kekar, masih tegar, masih banyak aksi.

Senang rasanya bisa foto bareng salah satu legenda musik Indonesia. Thanks you Oom Yon.





Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Tuesday, November 27, 2007

Reuni 80 tahun CC

Dari jumat sampai minggu kemarin, sekolah saya tercinta bikin reuni 80 tahunnya. Tua banget yah. Ya iyalah, yang mendirikan juga masih mister-mister londo tahun 1927 lalu. Para pastor-pastor Jesuit tepatnya. Saya beruntung bisa sekolah di sana, di saat peraturan boleh berbaju bebas dan boleh bergondrong ria sempat masih berlaku. Saya juga beruntung bisa bersekolah 7 tahun di sana, sementara orang normalnya SMP lanjut SMA ya cuma 6 tahun. Tau dong 1 tahunnya ngapain.

Saya beruntung bisa sekolah di tempat yang mengajarkan kedisplinan hidup yang tidak tanggung-tanggung. Namanya juga sekolah laki semua. Telat masuk? Mungutin tahi kambing, ngepel wc, nyapu lapangan dll. Bikin ulah...loncat kodok sampai gempor. Masih bengal juga...disabet pake rotan dan gampar. Berantem? Dikasih sarung tinju trus disuruh berantem deh berdua. Bahkan waktu saya tinggal kelas di kelas 1 SMP, kenyataan itu harus saya hadapi sendiri secara langsung. Saya pulang dengan raport yang basah oleh keringat dan air mata. Badan limbung, gamang dengan muka sembab pulang ke rumah dengan bis tingkat. Dan saya juga beruntung, karena sesampai di rumah ternyata Bapa dan Mama saya membesarkan hati saya. Oleh sekolah, waktu itu saya diberi pilihan naik tapi pindah atau stay tapi tinggal kelas. Saya bilang ke bo-nyok kalau saya pilih yang kedua. (Koq jadi kangen mereka nih tiba-tiba. Miss you Pa, Ma).

Balik ke urusan reuni. Dari angka tahunnya aja sebenernya udah keliatan kalau reuni tahun ini istimewa, tapi koq ya bisa-bisanya angkatan saya cuma sedikit yang datang. 80 tahun gitu loh. Kalau nunggu reuni 90 tahun CC kan nunggu satu dekade lagi. Ngiri deh rasanya liat angkatan lain datang puluhan orang lengkap dengan jaket angkatan mereka. Kompak banget. Sementara angkatan saya cuma selusin orang yang datang. Dasar bangsat-bangsat.

Tapi biar sedikit, yang penting sensasinya. Pulang reuni puas saya tertawa terbahak-bahak mengingat jaman-jaman baheula dan saling ledek diantara kami. Tapi karena masih nggak puas dengan kualitas reuni kemarin, kami berencana bikin reuni satu angkatan sendiri lagi. Seperti 3 tahun lalu. Reuni waktu itu penuh caci maki, umpatan, saling ledek, kata-kata jorok dan alkohol tentunya. Maklum lah lanang kabeh. Bangsat-bangsat itu memang ngangenin. (thanks buat Alex Didit untuk fotonya)

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Monday, November 19, 2007

Pertanyaan besar si kecil Rara

Semalam saya skak-mat oleh Rara, putri saya yang 5 tahun bulan depan. Setelah berdoa bersama, saat mata saya sedang ngantuk-ngantuknya menemani dia tidur, eh dia nanya satu set pertanyaan yang tak bisa saya jawab. Rara biasa nge-trick supaya gak langsung bobo dengan mengajak saya ngobrol atau mengajukan pertanyaan pada saya. Tapi pertanyaannya semalam saya gak mau asal jawab. Karena saat menjelang tidur adalah saat-saat gelombang pikiran sedang reseptif-reseptif-nya. Asal jawab bisa membekas selamanya di benaknya. Kebayang kan efeknya kalau jawaban kita ngawur. Atau kebayang kan akibatnya kalau kita main asal jawab dengan nilai atau keyakinan kita yang juga sering gak jelas pemahamannya. Oh ya, karena dia terbiasa ngomong Enggris nanyanya juga pakai bahasa Enggrisnya yang ya gitu deh;
- “Dad, how God make colors?
- “Dad, why people get sick?”
- “Dad, why dinosaurs dead?”
- “Dad, how we make bones?”

Saya mengulang dua kali pertanyaannya sambil bergumam sambil mencoba menjawab atau setidaknya mencari ide bagaimana harus menjawab pertanyaannya. Sesekali saya bilang dengan nada bangga tentunya, “Hey Ra, you really have such an important question.” Sambil berkata begitu saya mencoba melihat tatap matanya. Bener lho, dia serius nanyanya. Saya juga bilang ke dia dalam bahasa Inggris yang sama belepotannya, “Ra, I’ll promise you to find the right answer. Or at least I hope you’ll find the answer someday”.

Malam ini saya berjanji pada Rara melanjutkan obrolan seru semalam. "Semoga Papa bisa pulang on-time ya Rara."

Kalau ngomong pakai bahasa Indonesia Rara manggil saya Papa, kalau Enggris-nya keluar dia manggil saya otomatis Daddy. Gaya deh Rara.


Wednesday, July 25, 2007

antara ada dan tiada

Kalau ada itu berada, yang tidak ada tentulah tak berada.
Kalau ada lalu tiada, jangan-jangan memang tak pernah ada.
Kalau ada yang bilang ada bisa tak ada, dia pasti mengada-ada.
Kalau ada yang terlihat apa adanya biasanya pasti ada apanya.
Kalau ada yang bicara soal ada dan tiada, pasti dia ada-ada saja.
Karena, ada kalanya ada itu bukan soal ada dan tiada.