Pada sebuah malam, pada sebuah saluran televisi, pada sebuah acara debat publik, seorang ustad masih saja ber’sabda’ bahwa tindakan anarkis mereka yang menyerbu kantor redaksi Playboy Indonesia adalah satu pilihan sikap yang harus bisa diterima dan harus dimaklumi. Percayalah, dia bukan pemuka agama pertama yang mengamini dengan santai tindakan amuk massa seperti itu.
Pada suatu petang, pada sebuah saluran televisi, pada sebuah acara berita, dua pimpinan daerah dua partai memaklumi kemarahan massa partainya yang mengamuk lantaran calonnya kalah di pilkada. Setelah sekian gedung dibakar, keduanya bilang “kalau semua saluran sudah tertutup ya mau apalagi?” Percayalah, mereka adalah orang kesekian kali dalam kurun sekian waktu yang masih saja memainkan politik anarkis.
Pada suatu saat nanti, suatu tempat nanti, suatu peristiwa seperti kejadian di atas mungkin terulang. Dan akan ada orang-orang yang dengan dengan santai mengulang pemakluman yang sama...
Kado Untuk Indonesia
8 years ago