(bercerita dalam 100 kata)Burung-burung bangkai itu sudah berputar-putar. Mata merah menyala, tebing terjal, kerontang kering, pucuk puncak... semua masih sama. Batu keparat inipun masih sama. Peluh kecut dan nafas sialan inipun masih tak mau kompromi. Semuanya masih seperti pagi kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi. Juga menyebalkannya orang-orang di kaki bukit itu. Mula-mula mereka menatapku penuh perhatian ketika aku mulai mendaki sambil mendorong batu ini. Setibaku di puncak, mereka akan terpingkal-pingkal sambil sesekali menyebut namaku. Menyebut untuk arti yang masih sama, “Bodoh...bodoh...masih juga kau lakukan itu?”
Dari atas puncak aku menatap batu itu menggelinding. Suara gemuruhnya tertutup gelak tawa keparat-keparat yang memanggil-manggil namaku, “Sisifuuuuuuus”.
No comments:
Post a Comment